Memasuki desa Pilang Kecamatan Masaran, tepatnya di sebuah dusun bernama Jantran di Jawa Tengah, terdapat sebuah rumah yang kini ditempati seorang pembatik tua, bahkan bisa dibilang paling tua di antara pembatik-pembatik tua yang masih tersisa di desa Pilang. Teman-teman sebayanya yang dulu sering membatik bersamanya kini telah tiada semua.
Mbah Towirejo, begitu orang-orang memanggilnya. Perempuan uzur berbadan kurus yang tak pernah menyerah dengan kerentaannya. Telinganya sudah tidak bisa mendengar secara jelas. Untuk berkomunikasi, seseorang harus mendekatkan mulutnya ke dekat telinga ibu empat anak ini. Cara berjalannya pun sudah membungkuk dan sedikit terhuyung-huyung, sehingga harus dibantu seseorang agar tidak jatuh.
Gurat-gurat seorang pekerja keras jelas terpancar di kerutan-kerutan wajah Mbah Towirejo. Di balik kerentaannya itu, ada satu hal yang sangat menonjol. Mata perempuan ini masih tajam dan seperti tak pernah lelah ketika menorehkan lekuk demi lekuk garis dalam selembar kain. Tangan kanannya yang memegang canting tidak terlihat bergetar saat mengguratkan malam yang dicairkan dengan bara kayu jati ke atas kain putihan yang membentang di hadapannya.
Credit: http://www.langitperempuan.com/mbah-towirejo-102-th-lestarikan-kearifan-budaya-batik-klasik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar