Jakarta - Kehadiran wanita dalam jajaran pemegang keputusan memang masih tergolong rendah di banyak perusahaan juga pemerintahan. Penyebabnya pun beragam, mulai dari tingkat pendidikan hingga kesulitan membagi waktu untuk mengurus anak. Salah satu wanita yang berhasil mencapai posisi tinggi dengan kehidupan karier dan keluarga seimbang adalah Retno Marsudi. Retno bahkan mencatat prestasi sebagai Menteri Luar Negeri wanita pertama Indonesia di pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Memulai karier sejak '90-an, wanita 53 tahun tersebut sudah menghabiskan 30 tahun untuk bekerja di Kementrian Luar Negeri. Ketika terpilih menjadi Menlu wanita pertama, ia pun mengaku mendapatkan ucapan selamat dari banyak pihak. Tak berpuas hati, Retno mengetahui jika tugasnya mengemban makna strategis.
"Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, penunjukkan Menlu perempuan memiliki makna strategis karena menunjukkan ke dunia bahwa demokrasi, pluralisme, dan pemberdayaan wanita berjalan dengan baik di Indonesia," kata Retno di acara The 5th Citi Indonesia International Women's day, Plaza Bapindo, Selasa, (29/3/2016).
Saat ini satu tahun sudah Retno menjalani tugasnya sebagai Menlu. Wanita yang pernah menjadi duta besar Belanda itu pun menemui sejumlah tantangan. Menurutnya karier barunya itu tidak mengenal waktu sehingga menuntutnya bekerja 24/7 dan tak lepas dari gadget.
Retno pun tentu mengalami berbagai pengalaman, termasuk yang membuatnya merasa miris pada wanita. Misalnya pada Desember 2015 lalu ketika Kemenlu menerbangkan sejumlah TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang kebanyakan wanita dari beberapa negara. Ketika didata, Retno menemukan fakta bahwa tidak semua dari mereka bisa membaca dan menulis namun dikirim untuk bekerja ke luar negeri. Hal itu tentu disayangkannya karena berpotensi timbul penyiksaan.
Tidak tinggal diam, Kemenlu memberikan sejumlah solusi untuk memproteksi para TKI, salah satunya dengan memberikan pelatihan untuk persiapkan purna tugas seperti yang dilakukan di KJRI Hongkong. Pelatihan itu bekerjasama dengan Kemendesa sehingga kemampuannya sesuai dengan potensi terbesar di kampung halaman. "Sehingga saat kembali, mereka bisa mandiri. Kami juga fasilitasi universitas terbuka, ada 2.000-an orang yang kuliah saat weekend," ungkapnya.
Ketika menjalankan tugas negara, Retno mengaku menggunakan hatinya sehingga tidak mudah merasa lelah. "Kita harus punya komitmen untuk membela saudara-saudara kita sebagai yang kebetulan punya kaki lebih kokoh. Di profesi seperti ini, bekerjalah dengan hati maka kita tidak akan cepat merasa letih," tutur Retno. (ami/ami)
Credit : http://wolipop.detik.com/read/2016/03/29/151506/3175047/1133/kata-retno-marsudi-tentang-tantangan-menjadi-menlu-wanita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar